Manusia & Teknologi - 2023-06-15
Manage episode 366147681 series 3381956
Info pekan ini
~ Akuan investor Taiwan di Suzhou - Tiongkok, gelombang PHK yang tak kunjung reda.
Dengan berakhirnya gelombang Epidemi terkait COVID-19 di Tiongkok pada tahun ini, ekonomi secara berangsur sudah mulai membaik, permintaan domestik terhadap pasar juga sudah kembali pulih, dan kerumunan konsumen yang nampak berbelanja di kawasan sentral perbelanjaan sudah mulai rutin terlihat. Namun terdapat beberapa kendala di balik aktivitas produsen dan konsumen yang nampak membaik, jalan ini tidaklah mudah.
Di lansir dari berita yang di rilis oleh Technews.tw, Yun Fang ( nama samaran ) yang telah bekerja di kota Shanghai dengan tahunan pengalaman di sektor industri otomotif menampakkan rasa terharu ketika sedang melakukan wawancara. Dirinya mengamati bahwa semasa epidemi global yang turut memperburuk perekonomian dalam negeri, model bisnis pada saat ini dapat dikatakan sebagai M-Form Society yang terus berkontribusi pada konsumerisme yang terpolarisasi.
Apa itu M Form Society adalah sebuah istilah yang menggambarkan kekayaan baik individu maupun komunitas secara demografis. Secara gamblang dapat diartikan kepada masyarakat yang terpolarisasi antar yang kaya dan miskin. Dimana kesenjangan status ekonomi yang terlampau signifikan membuat yang kaya sangatlah kaya dan yang miskin terlampau miskin.
Yun Fang mendapatkan informasi terkait para pengusaha yang mendapatkan keuntungan banyak selagi masa pandemi, adapun warga biasa akan terbentur oleh berbagai kendala termasuk sulitnya mencari lapangan pekerjaan baru, bahkan lebih sulit dari tahun-tahun sebelumnya. Dan kendala berikutnya adalah ketika sudah mendapatkan pekerjaan baru, maka karyawan baru ini akan dihadapkan kepada tekanan “ peningkatan efisiensi dan pemotongan modal “ dari pemberi pekerjaan. Dengan kata lain bahwa, gaji yang tidak seberapa, tapi pekerjaan yang sulit dan durasi kerja yang panjang. Seorang pengusaha Taiwan yang pada saat ini berdomisili di Shang-hai selama bertahun-tahun turut mengamati bahwa adanya fenomena seperti ini “ ada banyak orang yang sedang mengantri untuk membeli tas butik seperti LV ( Louis Vuitton ) di berbagai pusat perbelanjaan, akan tetapi tidak banyak orang pergi dan berbelanja di pusat perbelanjaan kelas menengah.
Kantor Administrasi Umum Kepabeanan Tiongkok telah merilis sebuah data statistik ekspor untuk bulan Maret, data ini telah menunjukkan bahwa nilai ekspor telah meningkat sebesar 14.8% pertahun. Data ini berbanding terbalik dengan perkiraan yang akan memperkirakan bahwa nilai pasar akan turun sebanyak 7% dari pengamatan para ahli.
Tao Dong sebagai wakil ketua dari Credit Suisse Asia Pacific Wealth Management China yang menyatakan keberatan dengan isi dari data tersebut, karena tidak sesuai dengan informasi yang didapatkan dari berbagai pelabuhan yang tersebar di seluruh wilayah China.
Mari beralih ke kota Kun-shan, provinsi Jiang-su sebuah kota yang terkenal dengan manufaktur elektronik, pada awal era para pengusaha dan investor asal Taiwan memasuki Tiongkok barat, Kun-shan lebih di kenal sebagai “Little Taipei”. Bahkan pada suatu era yang pernah mencatat terdapat lebih dari 100.000 pengusaha dan investor yang berkumpul di kota ini, menjadikan kota ini sebagai kawasan investasi paling padat bagi pengusaha dan investor Taiwan di China. Bangkitnya Kun-shan telah menjadi sebuah barometer penting bagi sektor ekspor, manufaktur, dan perdagangan luar negeri bagi Daratan Tiongkok sejak lama.
Lalu apa yang terjadi dengan Perekonomian China pada saat ini?
Bulan April, seorang reporter dari jurnal “ Minggu Ini “ - 今周刊 melakukan sebuah kunjungan ke kota Kun-shan, tepatnya ke sebuah sentral bursa pekerjaan SDM di selatan dari Zona Pengembangan Ekonomi dan Teknologi Kun-shan. Beberapa pekerja asing yang sedang mencari lowongan, biasanya setiap hari Rabu dan Sabtu pasar ini akan penuh sesak di isi dengan berbagai pekerja migran yang berusaha mencari lowongan, ditambah dengan tenda yang diisi oleh berbagai staf dari perusahaan yang berbeda.
Namun kini pemandangan yang cukup berbeda, dimana lokasi ini sudah di kunci, hanya ada beberapa perusahaan yang mencoba untuk merekrut karyawan baru, nampaknya pasar perekrutan juga mengalami penurunan dalam lapangan pekerjaan. Seorang investor asal Taiwan yang berdomisili di Kun-shan, sebut saja namanya Wen-Hong ( Nama samaran ) yang bergerak di sektor industri suku cadang otomotif yang menjabarkan terkait fenomena lesunya pasar perekrutan, alasannya cukup sederhana : “ semua pabrik telah angkat kaki dari kota ini, Wen Hong menyadari bahwa semenjak kota ini ditutup pada bulan april lalu, semua pesanan dan order untuk perusahaan tidak ada yang tersisa, banyak perusahaan mengambil keputusan untuk pindah ke tempat lain, begitupun dengan pabrik-pabrik yang di miliki oleh investor Taiwan ini. Hampir seluruh industri yang bergerak di Kun-shan memilih untuk keluar dari kota ini.
Wen-hong yang hanya bisa tersenyum pahit sembari mengatakan bahwa Pabrik Kun-shan dulu dapat merekrut sekitar 200 orang, namun sekarang hanya dapat merekrut 20 orang saja. Nampaknya hal ini telah di percantik demi sebuah tulisan media, padahal faktanya tidak ada satu perusahaan pun yang dapat merekrut karyawan baru di momen seperti ini.
PHK dan libur tanpa gaji menjadi sebuah trend terbaru di kota ini, Wen-hong menyebutkan “ambil contoh pabrik saya, dari kwartal ke empat tahun lalu hingga kwartal pertama di tahun ini, jumlah staff dan SDM kami yang telah berkurang sebanyak 25%.”
Dapat terlihat masih ada beberapa pengusaha Taiwan yang mengunjungi Su-zhou baru-baru ini, dan mengamati bahwa dibandingkan dengan era-era sebelumnya, ⅓ pengusaha Taiwan di Su-zhou telah memilih untuk menginggalkan tempat ini.
⅔ lainnya memiliki alasan lain untuk tetap tinggal disini, meski secara fisik gedung dan pabrik masih ada, namun sebagian besar lini produksi telah di alokasikan ke tempat lain, satu dan lain hal yang menyebabkan mereka enggan pindah dari tempat ini. Dimana rantai pasokan bahan baku dan logistik telah bergerak, namun pihak perusahaan enggan untuk merekrut karyawan baru, bahkan dengan alokasi dana yang sudah di fokuskan sebagai investasi baru, tidak sedikit para perusahaan yang memilih untuk melakukan putus kontrak tanpa pesangon. Hal ini berimpak kepada tingginya tingkat pengangguran usia produktif di Tiongkok.
Menurut data terbaru dari Biro Statistik Nasional Tiongkok, tingkat pengangguran kaum produktif yang berusia dari 16 tahun hingga 24 tahun mencapai 19.6 % pada bulan Maret, dan angka ini di perkirakan akan terus melambung dengan pertimbangan kondisi lapangan pada saat ini dan perbandingan data di tahun lalu, terhitung dari bulan Juli yang menunjuk tingkat pengganguran pada angka 19.9%. Berdasarkan pengamatan para ahli, angka ini akan berada di kisaran tersebut.
Menengok sedikit ke beberapa bulan terakhir, berbagai forum indeks dan media dalam negeri lainnya yang telah di bombardir dengan berbagai artikel yang terus beredar di kalangan para netizen, artikel terkait “ pengangguran setelah lulus sekolah “ menjadi bacaan favorit bagi warga netizen, dan uniknya pihak pemerintah belum mengambil langkah apapun terkait fenomena ini.
Wu Meng Dao selaku Direktur Institu ke 6 dalam Riset Ekonomi Taiwan yang cukup fasih dan akrab dengan pembangunan politik dan ekonomi lintas selat, mengamati bahwa jika tingkat pengangguran kaum muda tidak dapat di tekan dalam kurun waktu yang lama, maka hal ini akan berimpak kepada produktivitas tenaga kerja Tiongkok, pada saat ini demografi Tiongkok telah hilang dan populasi Lansia terus meningkat, “ saya khawatir masa depan ekonomi China akan menjadi masalah yang besar.”
264 episod